Secara umum pencoklatan (browning or blacking) berdasarkan prosesnya, dapat dikelompokan menjadi 2 macam (pengelompokan ini dapat digunakan pada bidang teknologi pangan dan gizi), yaitu:
1.Pencoklatan secara enzimatik. (fenolase)
2.Pencoklatan secara non enzimatik. Pada klompokan ini dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu:
a.Pencoklatan Maillard
b.Pencoklatabn karamellard
c.Pencoklatan oksidasi asam askorbat.
Browning terjadi akaibat enzimatik ini adalah enzim. Enzim yang berperan dalam proses ini terjadinya browning adalah polifenol oksidase, suatu enzim kompleks. Enzim komplek tersebut diantaranya adalah fenol hidroksilase, kresolase dan katekolase. Untuk terjadinya reaksi pencoklatan dikatalis oleh enzim tersebut, maka selain ada subtrat juga harus ada tersedia gugus prostestik Cu++ dan oksigen sebagai asektor hydrogen. Kebanyakan reaksi pencoklatan dasar reaksi pembentukan melalim berwarna coklat reaksi pertama diduga sebagi hidrolisasi sekunder O-quinon atau karena kelebihan O-difenol.
Pada proses pencoklatan enzimatis, substrat yang umunya berperan adalah:
1. P-difenol (quinol)
2. Monofenol (L-tirosin, p-kresol)
3. Flavonoid (querssetin, rutin)
4. Tannin (kateein, leukoantosianin)
5. Katekol, asam kafeat, asam protokatekoat, asam klogorenat.
Dari substrat-substra diatas, monofenol sifatnya lambat reaksinya sebab sebelum oksidasi menjadi quinon , zat ini harus mengalami hidroksilasi berulang.
Pencoklatan juga dapat terjadi karena rangsangan kimia, prinsipnya yaitu pada lingkunagan eksplan tersedia bahan-bahan kimia yang mendorong pembentukan senyawa phenol. Sebagai missal auksin pada eksplan daun muda klapa sawit dapat mendapat mendorong terjadinya pencoklatan. Salah satu bahan kimia yang menyebabkan pencoklatan adalah enzim, yaitu enzim yang mendorong proses terjadinya oksidasi phenol (enzimya: phenol oksidase)
Untuk mengatasi proses terjadinya pencoklatan dapat dilakuakn dengan berbagai cara, misalnya:
1. Mengeluarkan senyawa fenol, yaitu dengan jalan membilas terus menerus dengan air atau dengan aquadest., melakukan subkult berulang ulang, mengabsorsi dengan arang aktif, mengabsorsi dengan polyvinylpirolidone (PVP).
2. Memodifikasi potensial redok media
3. Mengurangi agen yang menyebabkan terjadinya pencoklatan, yang paling umum biasanya yaitu dengan cara mengurangi jumlah karbohidrat mediu, mengurangi atau memindahkan kontak dengan oksigen.
4. Menghambat dengan enzim phenol oksidase, untuk ini dapat digunakan ‘chelating agents’. EDTA telah terbukti dapat menghambat kerja enzim polyphenol oksidase.
5. Pengatur pH rendah, ini dapat dilakukan karena enzim polyphenol oksidase optimalnya pada pH 6.5 dan menurun seirama dengan turunya pH.
6. Penggunaan ruanggelap, karena kerja enzim polyphenol oksidase.
7. Efektifnya dipengaruhi oleh cahaya. Disarankan penggunaan ruanggelap minimal 14 hari setelah penanaman eksplan (Untung Santoso, 2001) .
Namun pencoklatan tersebut juga tidak semuanya sebagai zat toksik yang dapat penghambat pertumbuhan. Namun dalam jurna Oktavia yang berjudul “Embriogenesis Somatik Langsung Dan Regenerasi Planlet Kopi Arabika (Coffea Arabica) Dari Berbagai Eksplan” bahwa Figueora et al., (2001) pencokelatan pada jaringan yang disebabkan oleh akumulasi senyawa fenolik yang berlebihan, penting untuk proses embriogenesis somatik pada tanaman kopi. Kemungkinan senyawa fenolik berperan sebagai signal untuk induksi diferensiasi. Kemungkinan lain, senyawa ini juga berperan sebagai pengkelat yang menginaktifkan senyawa-senyawa penghambat yang terdapat dalam kultur embriogenik.
Hal ini memerlukan kajian lebih lajut tentang fenomena unik ini karena mungkin akan berguna bagi ilmu-ilmu yang lainya.
Gambar pencoklatan
4 comments: on "Browning"
Sudah lama nyari ttg browing ternyata ktmu di sini...
Eh,, pny tmen sndri... Boleh ngopy y...?
Mksh sblmny..
Arum~D4 Kopi 07 Polije
yaa.. silahkan...
terima kasih dah komentar... yeee
Boleh minta sumber alias daftar pustakanyakah?
thank's
kultur jaringan. untung santoso
Post a Comment